Beritabali.com, DENPASAR. Soma Ribek atau Senin (
Soma)
wara Pon wuku Sinta atau hari yang jatuhnya 2 hari setelah Hari Raya Saraswati selalu identik dengan sebutan
hari pangan gaya Bali.
Alasannya pada saat
Soma Ribek, masyarakat Bali disadarkan akan pentingnya pangan dalam kehidupan, mengingat tanpa pangan manusia tidak bisa hidup dan menjalani kehidupannya.
Dalam sebuah artikel berjudul “Hari Soma Ribek dan Kutukan
Dewi Sri” yang dimuat dalam mantrahindu.com disebutkan bahwa berdasarkan tradisi Bali, cara mensyukuri karunia ibu pertiwi adalah dengan menjaga dan merawat serta menanam segala jenis tanaman sumber kehidupan. Mengingat kegiatan menanam tidak saja memberi sumber kehidupan tetapi juga menyegarkan tanah.
Sedangkan dalam swarahindudharma.com disebutkan yang dipuja saat Soma Ribek adalah Sang Hyang Tri Pramana yaitu: Dewi Sri, Bhatara Sadhana dan Dewi Saraswati, dengan menghaturkan upakara di lumbung dan di pulu (gentong beras).
Banten atau sesaji yang dihaturkan adalah nyahnyah, gringsing, geti-geti, pisang mas dan wangi-wangian, tanda syukur atas waranugraha berupa amertha (makanan) dan kesuburan pertanian.
Aspek perayaan pangan ini dirayakan dengan menghentikan aktivitas pertanian selama sehari, seperti: dilarang menumbuk
padi, menggiling beras, serta dilarang mela
kukan jual beli padi dan beras.
Hari ini peralatan pertanian, seperti
tengala, cangkul,
lampit dan yang lainnya disucikan dengan sesaji dan doa-doa serta widhi widana dipusatkan pada persembahyangan di
pulu, lumbung atau tempat-tempat penyimpanan padi dan
beras.
Menurut pustaka
Sundari Gama pada hari
Soma Ribek Sanghyang Tri Murti Amertha beryoga, dengan pulu /lumbung (tempat beras dan tempat padi) selaku tempatnya. Pada hari Soma Ribek disarankan umat menyampaikan rasa syukur atas keberadaan
pangan.
[bbn/berbagai sumber/mul]
Penulis : I Nengah Muliarta
Editor : I Nengah Muliarta